Entah apa yang mereka bicarakan di dalam, saya tak peduli walau terdengar sangat jelas di telinga. Saya fokus mengecat. Memang kebiasaan saya ketika sedang serius mengerjakan sesuatu, maka apa yang ada di sekeliling tak sedikitpun saya hiraukan.
Tiba-tiba Kak Yeni keluar terburu-buru, menghidupkan sepeda motornya, lalu pergi. Tak satu pun barang yang dibeli dibawa serta. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan membawa dua buah Timun. Di kampung kami jenis Timun itu disebut "Timon Kapo" atau "Timun Kapur". Isinya putih seperti kapur. Buah itu diberikan Kak Yeni kepada Mamak.