Entah apa yang mereka bicarakan di dalam, saya tak peduli walau terdengar sangat jelas di telinga. Saya fokus mengecat. Memang kebiasaan saya ketika sedang serius mengerjakan sesuatu, maka apa yang ada di sekeliling tak sedikitpun saya hiraukan.
Tiba-tiba Kak Yeni keluar terburu-buru, menghidupkan sepeda motornya, lalu pergi. Tak satu pun barang yang dibeli dibawa serta. Beberapa menit kemudian ia kembali dengan membawa dua buah Timun. Di kampung kami jenis Timun itu disebut "Timon Kapo" atau "Timun Kapur". Isinya putih seperti kapur. Buah itu diberikan Kak Yeni kepada Mamak.
Saya berpikir bahwa Timun itu dibeli oleh Mamak kepada Kak Yeni untuk minuman berbuka puasa kami nantinya.
Kak Yeni pulang dengan membawa beberapa bungkusan plastik, pastinya itu bahan belanjaan yang dibeli kepada Mamak. Sekilas sempat terlihat wajahnya senyum berseri. Entah apa gerangan.
Beberapa saat kemudian Mamak menghampiri saya. Beliau mengatakan dua buah Timun Kapur itu merupakan kiriman Ayah dari mimpi. Saya terkejut. Bagaimana bisa?
Ayah telah meninggal 9 tahun yang lalu. Semasa hidup, beliau mengabdi di sebuah sekolah dasar di Kecamatan Meukek Aceh Selatan sebagai guru agama. Malam hari Ayah mengajarkan Alquran dan kitab-kitab dasar-dasar ilmu keislaman kepada anak-anak di kampung kami. Hal tersebut dilakukan Ayah sejak awal menikah dengan Mamak hingga akhir hayatnya.
Kak Yeni merupakan salah satu alumni dari pengajian tersebut. Bertahun-tahun Kak Yeni belajar ilmu agama kepada Ayah setiap malamnya dari ba`da magrib hingga pukul 10 malam.. Kini Kak Yeni telah menikah dan sudah punya keturunan.
"Kata Kak Yeni, ia bermimpi bertemu Ayahmu. Kak Yeni menawarkan Timun Kapur yang dipetik dari kebunnya kepada Ayah. Lalu Ayah berkata `antarkan saja ke rumah!` Karena itulah Kak Yeni memberikan kita Timun Kapur itu kepada kita," ujar Mamak.
Kak Yeni juga berkata kepada Mamak bahwa ia sering bermimpi berjumpa Ayah, yang terakhir adalah mimpi tentang Timun Kapur ini.
Entah benar atau tidak, Timun Kapur ini telah diberikan kepada kami oleh Kak Yeni karena pesan Ayah dari mimpinya. Buah yang berasal dari kebunnya sendiri. Pemberian ini telah memberikan kenikmatan berbuka bagi keluarga kami dan mengobati kerinduan kepada Ayah. Masalah kebenaran mimpi tersebut, hanya Kak Yeni yang tahu. Timun itu diberikannya dengan iklas. Terima kasih, Kak Yeni!
wallahu a`lam bisshawab.
![]() |
Ayah dan saya pada tahun 1995 di Banda Aceh |
No comments:
Post a Comment